Salah satu pulau di tanah air yang membawa pengaruh besar bagi negara kita ini.
Bali adalah ikon yang telah meninggikan jati diri Indonesia di mata dunia.
Suatu pulau yang begitu indah yang selalu menjadi pilihan semua orang untuk menghabiskan liburan, bulan madu, lokasi pemotretan atau pengambilan iklan, atau bahkan sebagai tujuan study tour seperti yang dilakukan SMPN 3 Sidoarjo (Spentig) kita tercinta pada Februari lalu.
Memilih Bali sebagai tujuan untuk study tour di akhir semester genap kelas IX sepertinya sudah menjadi tradisi bagi sekolah-sekolah di Kabupaten Sidoarjo, bahkan mungkin di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.
Tradisi ini pun kembali dilaksanakan SMPN 3 Sidoarjo untuk siswa/i kelas IX tahun ajaran 2009/2010.
Beragam hal kami semua alami selama 3 hari di Bali dan beragam pula kesan serta pesan yang muncul karenanya
Dan semuanya dimulai pada tanggal 26 Februari 2010...
Hari masih pagi, matahari bahkan masih malu-malu menampakkan dirinya, namun jalan raya di depan Spentig sudah dibuat macet oleh mobil-mobil yang parkir sembarangan.
Mobil-mobil itu tak lain dan tak bukan adalah mobil para orangtua siswa/i Spentig kelas IX yang mengantarkan anak mereka masing-masing yang--aku yakin--sudah tidak sabar untuk segera "cabut" ke Bali.
Tak kalah ramai, di dalam sekolah pun dipenuhi siswa/i yang begitu excited, dan beberapa di antara mereka ditemani keluarga masing-masing yang kebanyakan berat melepaskan salah satu anggota keluarganya untuk pergi jauh dari mereka selama 3 hari.
Bukan hanya itu, ada juga beberapa siswa/siswi yang nggak bisa tahan u/ menghemat film kameranya buat nanti di Bali dan langsung jeprat-jepret di lapangan sekolah, menunggu jam keberangkatan tiba. Salah satunya adalah anak-anak dari kelas IX-6 atau disebut juga SEMPAK yang berarti (kalo nggak salah) Sembilan Enam Kompak.
Tapi, tak lama setelah itu, ketujuh bis yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga.
Segera saja 278 siswa/i yang nggak sabar itu langsung menembus kerumunan dan memasuki bis menurut kelas masing-masing.
Memakan waktu agak lama untuk tiba di bis, mengingat ketujuh bis yang nggak kecil itu parkir di jalan raya di depan Spentig yang udah macet oleh mobil para orangtua.
Bis yang mulai berjalan adalah hal yang paling membuat hati melonjak gembira hari itu karena akhirnya momen yang ditunggu-tunggu selama berbulan-bulan dimulai juga.
Seakan tak ingin kehilangan satu momen pun, para siswa/i di masing-masing bis pun mulai mengeluarkan kameranya dan cekrak cekrik sana-sini untuk mengabadikan momen-momen di bis.
Tidak ketinggalan pula Bis I yang berisi anak-anak IX-1 atau PESTISIDA (Perkumpulan Sembilan Satu Itu Indah). Terlihat begitu jelas wajah-wajah bahagia di Bis I karena sebentar lagi mereka akan menginjakkan kaki mereka di Pulau Dewata.
Untuk sampai di tujuan yang jauh seperti Bali, biasanya perjalanan berangkatlah yang paling menyenangkan, karena penantian untuk cepat sampai tujuan begitu besar. Apalagi jika perjalanan dilakukan bersama orang-orang hebat seperti teman-teman sekelas.
Oleh karena itu, kami mengisi seluruh perjalanan berangkat dengan tawa canda yang tak henti-hentinya.
Hanya sedikit dari kami yang tidur selama perjalanan berangkat karena momen berharga itu terlalu manis untuk dilewatkan.
Pemberhentian pertama kami adalah salah satu tempat peristirahatan di Banyuwangi. Cuaca saat itu begitu panas dan waktu makan siang telah tiba, sehingga kami melakukan makan siang pertama di tempat peristirahatan tersebut. Inilah nggak enaknya melakukan perjalanan jauh: makannya selalu prasmanan dan makanan prasmanan nggak pernah memuaskan perut. Kalo udah kayak gini, masakan buatan MAMA adalah yang paling dirindukan.
Setelah makan siang dilakukan, kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan. Kami juga menyempatkan berhenti untuk melakukan sholat Jumat bagi laki-laki dan sholat dhuhur bagi perempuan.
Sampainya kami di pelabuhan merupakan hal yang nggak kalah menarik dan paling ditunggu-tunggu. Pasalnya, dari sinilah kami akan meninggalkan Pulau Jawa dan menyebrang de ngan kapal feri untuk mencapai Pulau Bali. Memang nggak sebagus kapal-kapal di luar negeri, tapi setidaknya kapal itu nggak akan tenggelam kalo ngangkut sekitar 300 orang + tujuh bis dan beberapa mobil.
Momen-momen di kapal termasuk momen yang paling menyenangkan. Meskipun harus menunggu agak lama sampai kapalnya jalan meninggalkan pelabuhan, namun penantian itu terganti dengan kegembiraan yang kami alami selama kurang-lebih dua jam di atas kapal. Angin yang berhembus sepoi-sepoi menyapu wajah riang kami semua. Beberapa hal lucu pun terjadi di atas kapal. Salah satu anak kelas IX-2 melempar sandal anak lain ke laut dan menarik perhatian semua orang. Ada juga dua anak laki-laki berdiri di ujung kapal dan berpose bak Jack dan Rose di film Titanic. Kami juga sempat melempar koin ke arah orang-orang yang berenang di laut.
Subhanallah, ketika itu Tuhan menyuguhkan kami pemandangan yang begitu indah selama perjalanan kami di atas kapal. Awan yang mendung menggumpal dan terlihat begitu indah. Saya pun baru pertama kali ketika itu melihat dari jauh daratan yang terguyur hujan. Sungguh benar-benar kuasa Allah SWT.
Ketika terlihat daratan hijau yang kami yakini adalah Pulau Bali, kegembiraan kami kembali memuncak. Semakin dekat jarak kami dengan tanah kelahiran Tari Pendet itu.
Dan ketika kapal kami benar-benar menyentuh tanah Bali, ucap syukur dan sorak kegembiraan terdengar memenuhi telinga. Hujan yang turun tepat ketika kami meninggalkan kapal tidak memudarkan kesenangan kami.
Singkat saja, setelah kami meninggalkan pelabuhan, kami berhenti di Rumah Makan Bidadari untuk menyantap kembali makanan prasmanan sebagai makan malam dan melanjutkan perjalanan menuju Hotel Mahajaya, tempat kami menginap di Pulau Dewata. Sesampainya kami di sana dan mendapatkan kamar masing-masing, kami pun tertidur lelap dan berakhirlah petualangan kami di hari pertama.
27 Februari 2010...
Kami membuka mata dan hari kedua pun dimulai. Sarapan kami lakukan di restoran hotel dan memulai kembali petualangan kami. Tujuan pertama kami saat itu adalah tempat perbelanjaan Karang Kurnia. Di sinilah kami mulai mengeluarkan dompet kami masing-masing dan memeras isinya untuk mendapatkan apa yang kami inginkan. It's shopping time!!!
Setiap anak membeli barang yang berbeda. Daster untuk para ibu, kaos-kaos lucu, tas, sandal, dsb. Namun yang paling banyak dibeli adalah ikat kepala khas Bali.
Mulai dari situ pula para turis atau bule yang selalu dijanjikan Spentig setiap pelaksanaan study tour ke Bali bergabung dengan masing-masing Bis.
Tujuan kami selanjutnya adalah pusat perbelanjaan oleh-oleh makanan khas Bali, yang dilanjutkan dengan pentas Tari Barong, tari yang paling terkenal dan menjadi salah satu ikon Bali. Pentas Tari Barong adalah tontonan yang menakjubkan dan wajib untuk ditonton jika Anda berniat untuk mengunjungi Bali.
Setelah pentas selesai, kami diizinkan untuk berfoto bersama para penari Tari Barong, bahkan dengan kostum Barong-nya yang besar dan sedikit menyeramkan.
Setelah Tari Barong cukup menghibur, kami berlanjut ke tujuan selanjutnya, yaitu Rumah Makan Buana Mas di Pantai Sanur untuk makan siang dan melaksanakan sholat dhuhur.
Rumah makan ini juga akan digunakan untuk acara Talk Show nanti malam yang akan menghadirkan beberapa turis dari berbagai negara. Tempat ini cukup menyenangkan. Selain suasananya berbeda dengan rumah makan-rumah makan sebelumnya, kami pun disuguhi dengan keindahan Pantai Sanur yang terletak tepat di sebelah kanan rumah makan tersebut.
Meski tidak lama, kami menyempatkan diri untuk mengabadikan beberapa kenangan di sana.
Foto kiri: Suasana Pantai Sanur
Foto kanan: Kebersamaan PESTISIDA di Pantai Sanur
Setelah Pantai Sanur kami nikmati, kami pun bertolak ke Pulau Penyu.
Di Pulau Penyu ini beberapa satwa menarik dipertontonkan. Namun untuk mencapai Pulau Penyu, kami harus membayar 40.000 rupiah masing-masing dan kami akan diantarkan dengan kapal bermotor yang berkapasitas 10 orang pulang-pergi. Tapi itu belum selesai. Kapal nggak akan berhenti tepat di pinggir Pulau Penyu. Kapal hanya akan berhenti dan diparkir ketika ketinggian laut tinggal selutut anak remaja. Intinya, dari situ kami harus berjalan menerjang air laut untuk sampai ke Pulau Penyu. Yah, memang nggak sebanding sama harganya. Tapi nggak apa-apalah. Mumpung di Bali ini.
Di Pulau Penyu, kami menikmati beragam satwa yang unik dan menarik. Yang pertama, tentu saja--seperti namanya--sekumpulan penyu yang beragam. Penyu-penyu itu bagaikan kura-kura raksasa, dan konon katanya penyu-penyu ini berumur sampai 350 tahun. Kasian emang, belum waktunya mati, tapi yang ngurus udah keburu mati duluan ;D
Selain Penyu, ada juga bunglon, kelelawar, bahkan ular piton.
Di bagian ular piton, bergerumbul para anak laki-laki yang sok uji adrenalin u/ berfoto sama hewan melatah dengan kulit basah itu. Yyeeekk! Hiiii!!
Puas dengan Pulau Penyu, hiburan pun berakhir. Spentig memang beda dari yang lain. Kalo sekolah lain pergi ke Bali di akhir tahun bener-bener u/ liburan, lain dengan Spentig yang rutin memberi tugas kepada setiap muridnya setiap kali study tour ke Bali dilaksanakan untuk mendapatkan lima tanda tangan dari turis di Pantai Kuta yang nantinya akan dimasukkan ke sertifikat. Sertifikat ini akan menjadi bukti kalau kami para murid Spentig mampu berbahasa Inggris dengan baik.
Memang nyatanya kami memiliki kemampuan lebih dalam bidang tersebut. Buktinya kami bisa mendapatkan lima tanda tangan itu dalam waktu singkat, bahkan berfoto dengan para turisnya.
- Foto Kiri Atas: Ekspresi kesenangan anak-anak PESTISIDA di Pantai Kuta
- Foto Kanan Atas: Suasana Pantai Kuta di sore hari
- Foto Kanan: Anak-anak IX-3 berfoto dengan salah satu turis di Pantai Kuta
Apalagi bis kami tidak bisa langsung menjemput ke Pantai Kuta, sehingga kami harus naik komotra ke Central Park di mana bis kami diparkir. Dan siapa sangka menunggu komotra di Pantai Kuta butuh waktu berjam-jam dan hari mulai gelap, mengingat waktu itu adalah hari Sabtu dan daerah Pantai Kuta sangat padat. Sekalinya dapat komotra, kami harus desak-desakkan bak Bonek di Sidoarjo. Ckckckck!
Kegiatan dilanjutkan dengan Talk Show di rumah makan di Pantai Sanur. Meski lelah luar biasa, acara berjalan dengan lancar, dan akhirnya kami kembali pulang menuju Hotel Mahajaya dimana kami mengakhiri petualangan kami di hari kedua.
28 Februari 2010...
Hari terakhir kami di Bali. Sedih rasanya mengetahui kalau kami harus pulangmeninggalkan Pulau Dewata hari itu. Namun petualangan kami di Bali belum selesai karena masih ada beberapa tempat di Bali yang belum kami kunjungi.
Tujuan pertama kami adalah GWK atau Garuda Wisnu Kencana. Di sini dibangun patung seorang pria dengan burung garuda. Meski belum sepenuhnya selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar se-Asia nantinya.
Di sana, tentu saja, kami menyempatkan diri untuk berfoto. Namun sangat disayangkan hari itu hujan turun cukup deras sehingga kami nggak bisa lama-lama di sana. Padahal katanya lokasi GWK ini jarang sekali dikunjungi hujan. Jangan-jangan Spentig pembawa sial lagi?!
Dari GWK, kami bertolak ke tempat yang paling cocok untuk adu mulut, apalagi masalah harga. Di mana lagi kalau bukan Sukowati. Pasar perbelanjaan terkenal di Bali di mana kita bisa melakukan tawar-menawar habis-habisan. Banyak yang bisa dibeli di sini. Pokoknya puas, deh!
Selanjutnya adalah tempat yang paling ditunggu-tunggu. Bis kami membawa kami ke dataran tinggi di Bali, yaitu the beautiful Bedugul!
Di sini kami mendapatkan makan siang kami. Makanan di sini adalah makanan prasmanan paling enak dari seluruh makanan prasmanan yang telah kami dapatkan selama tiga dua setengah hari ini. Sambelnya cihuuy, bo! Selain itu, kami juga disuguhi satu lagi pemandangan indah dan menarik di Bedugul ini.
Jika kami keluar dari rumah makannya, kami akan menemukan pemandangan danau yang dikelilingi bukit-bukit hijau. Kegiatan berfoto pun kembali dilakukan.
Setelah Bedugul harus ditinggalkan, kami bertolak ke tempat perbelanjaan terakhir di mana kami harus merogoh kocek lebih dalam dari sebelumnya. Tentu saja Pabrik Kata-Kata, Joger.
Di sini barang-barangnya memliki harga yang lebih tinggi dari barang-barang di Karang Kurnia dan Sukowati, tapi tetap dibarengi dengan kualitas yang bermutu.
Tapi itu nggak menghalangi anak-anak Spentig untuk tetap menyerbu Joger layaknya mereka menyerbu Sukowati atau Karang Kurnia.
Bukan cuma anak-anak, para guru pun ikut menyerbu tempat ini.
Terlihat ketika mereka bersama beberapa murid keluar membawa beberapa tas keresek. Emang pada gila belanja semua.
Tempat terakhir di hari terakhir yang kami kunjungi adalah Tanah Lot. Sayang ketika itu hari sudah benar-benar gelap dan ombak sedang pasang, sehingga kami tidak bisa mendekati candi tempat para penduduk asli Bali melakukan upacara ritual.
Dan itulah tempat terakhir yang mengakhiri petualangan kami di Bali. Selanjutnya adalah perjalanan pulang yang dihiasi dengan kantuk dan dengkur anak-anak mulai dari meninggalkan Tanah Lot hingga ke pelabuhan.
Meninggalkan Pulau Bali adalah hal terberat yang kami alami dari seluruh petualangan yang kami jalani. Kegelapan tengah malam menghiasi perjalanan kami selama di atas kapal menuju kembali ke Pulau Jawa, yang kemudian dilanjutkan oleh kantuk dan dengkur lagi hingga kami sampai dengan selamat di Sidoarjo pada 1 Maret 2010, sekitar pukul 08.00 WIB.
Petualangan yang menyenangkan.
Meninggalkan begitu banyak kesan.
Tentu saja kami akan kembali lagi :D
Sampai jumpa lagi di petualangan berikutnya...!
Blog Writer: Shofy 'liebe' Afina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your comments will be all appreciated :)